LAPORAN PENDAHULUAN DISCHARGE PLANNING

LAPORAN PENDAHULUAN
DISCHARGE PLANNING
                                                                                   
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan
Stase Manajemen Keperawatan






 



Oleh
Yuli Yuliani
4012180037



Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Bina Putera Banjar
2018







DISCHARGE PLANNING

A.    Pengertian Discharge Planning
Program discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan program pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien (Potter & Perry, 2006 dalam Herniyatun dkk, 2009:128). Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan meningkatknya komplikasi yang terjadi pada pasien (Potter & Perry, 2006)
Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses yang dinamis agar tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi dimana perawat professional , pasien, dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan. Perencanaan pulang diperlukan oleh pasien dan harus berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan rutin yang sebenarnya. Perencanaan pulang akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi yaitu antara perawatan yang diterima pada waktu dirumah sakit dengan perawatan yang diberikan setelah pasien pulang (Nursalam, 2012)
Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang di tujukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam Rosyidi, 2013).
Discharge planning adalah suatu proses dimulainya pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai pasien merasa siap untuk kembali kelingkungannya. Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).
Program yang dilakukan oleh perawat ini, tidak selalu sama antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini bisa terjadi ketika sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya menggunakan sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang perawat bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan untuk kelompok klien tertentu, mulai dari mereka masuk sampai pulang (Potter & Perry, 2005). National Council of Social Service, (2006) dalam Wulandari (2011) menyatakan bahwa “discharge planning merupakan tujuan akhir dari rencana perawatan, dengan tujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat keputusan, untuk memaksimalkan potensi klien untuk hidup secara mandiri, atau agar klien dapat memanfaatkan dukungan dan sumber daya dalam keluarga maupun masyarakatnya”.

B.     Tujuan Discharge Planing
       Menurut Nursalam (2012), Discharge planning bertujuan untuk:
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan social; meningkatkan kemandirian klien dan keluarga
b.      Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
c.       Membantu rujukan pasien pada system pelayanan yang lain
d.   Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
e.       Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat
Pemberian discharge planning dapat meningkatkan kemajuan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum sebelum dipulangkan (Almborg, 2010). Ini juga terbukti oleh hasil penelitian meta-analisis bahwa discharge planning secara signifikan mengurangi kunjungan ulang pasien ke rumah sakit (Philips, 2004).
Tujuan dilakukannya discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis dipulangkan ke rumah, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam proses pemulangan, menfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima pasien, meningkatkan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan keluarga.

C.    Manfaat Discharge Planning
Menurut Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2014), perencanaan pulang mempunyai manfaat sebagai berikut:
a.   Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien yang dimulai dari rumah sakit
b.  Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien
c.  Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
d.      Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan di rumah
Menurut Wulandari (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat dari pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:
a.       Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)
b.      Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah
c.       Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
d.      Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan
e.       Menghemat biaya selama proses perawatan
f.       Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di masyarakat karena perencanaan yang matang.
g.      Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.

D.    Pemberian Layanan Discharge Planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dengan melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan kepada pasien (Perry AG & Potter PA, 2006). Discharge planning tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan. Seseorang yang merencanakan pemulangan atau coordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan merencanakan, mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning Assosiation, 2008). Seorang discharge planner bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan, memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan. Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses perawatan pasien dan dalam team discharge planner rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawatan melalui proses discharge planning. Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan memahami setiap kondisi dalam masyarakat (Carrol A &Dowling, 2007).
Prinsip-prinsip dalam perencanaan pulang antara lain: pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi, kebutuhan pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah yang timbul pada saat pasien pulang nanti sehingga kemungkinan masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi, perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerjasama, tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan/sumber daya maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat (Doengoes EM, Moorhouse MF, & Murr AC, 2007).
E.     Penerima Discharge Planning
Menurut Rice (1992) dalam Potter & Perry (2005:93), setiap pasien yang dirawat di rumah sakit memerlukan discharge planning atau rencana pemulangan. Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008 dalam Siahaan, 2009:12). Discharge planning atau rencana pemulangan tidak hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (The Royal Marsden Hospital, 2004 dalam Siahaan, 2009:11).
F.     Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam Discharge Planning
Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang adalah:
a.    Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi, dan perawatan yang diperlukan
b.    Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga
c.    Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan mereka memberi asuhan
d.   Bantuan yang diperlukan
e.    Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum, eleminasi, istirahat tidur, berpakaian, kebersihan diri dll
f.     Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat
g.     Sumber financial dan pekerjaan
h.    Fasilitas yang ada dirumah dan harapan pasien setelah dirawat
i.      Kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
G.    Prinsip – Prinsip Discharge Planning
      Prinsip – prinsip dalam perencanaan pulang antara lain:
a.    Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai keinginan dan kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi
b.  Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti
c.    Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerjasama
d. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan/sumberdaya/fasilitas yang tersedia di masyarakat
e.    Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan pelayanan kesehatan
Selain prinsip-prinsip tersebut, dalam modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik-Departemen Kesehatan R.I (2008) dalam Wulandari (2011), prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan perawat dalam membuat discharge planning (perencanaan pulang) adalah:
a. Dibuat Pada Saat Pasien Masuk Pengkajian pada saat pasien masuk akan mempermudah proses pengidentifikasian kebutuhan pasien. Merencanakan pulang pasien sejak awal juga akan menurunkan lama waktu rawat yang pada akhirnya akan menurunkan biaya perawatan.
b.    Berfokus Pada Kebutuhan Pasien Perencanaan pulang tidak berfokus pada kebutuhan perawat atau tenaga kesehatan atau hanya pada kebutuhan fisik pasien. Lebih luas, perencanaan pulang berfokus pada kebutuhan pasien dan keluarga secara komprehensif.
c.  Melibatkan Berbagai Pihak Yang Terkait Pasien, keluarga, dan care giver dilibatkan dalam membuat perencanaan. Hal ini memungkinkan optimalnya sumber-sumber pelayanan kesehatan yang sesuai untuk pasien setelah ia pulang.
d. Dokumentasi Pelaksanaan Discharge Planning Pelaksanaan discharge planning harus didokumentasikan dan dikomunikasikan kepada pasien dan pendamping minimal 24 jam sebelum pasien dipindahkan.
H.    Komponen/Unsusr Discharge Planning
Komponen yang dapat mendukung terselengaranya discharge planning yang efektif adalah keterlibatan pasien dan keluarga, kolaborasi antara tim kesehatan, dan dukungan dari care giver/pendamping pasien. Hal lain yang tidak kalah penting adalah mengidentifikasi kesiapan komunitas/keluarga dalam menerima pasien kembali ke rumah (Wulandari, 2011).
Discharge Planning Association (2008) dalam Siahaan (2009:21) menyatakan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain:
a. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.
b. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang umum terjadi.
c. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan diadakannya.
d. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas, latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
e.  Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin, dan lain-lain).
f.  Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap janji untuk control.
g.   Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
h. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat yang menjenguk, penolong, pembantu jalan/walker, kanul, oksigen, dan lain-lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.
I.       Jenis Discharge Planning
Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam & Efendi (2008:) discharge planning dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:
a.    Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaaan pulang ini dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
b.    Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini merupakan akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
c.    Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat.
J.      Hal-Hal Yang Harus Diketahui Pasien Sebelum Pulang
a.   Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan, serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
b.      Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan di rumah.
c.       Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
d.      Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi.
e.    Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstrasi, dan lain-lain.
f.       Informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis, dan kunjungan rumah apabila pasien memerlukan.
K.    Alur Discharge Planning




DAFTAR PUSTAKA

Almborg, HA. Discharge After Stroke-Importan Factor For Health. Realeted Quality of Life. Journal of Clinical Nursing. 19. 2196. 2010
Carrol A &Dowling. Discharge Planning: Communication, Education and Patient Participation. British Journal of Nursing. Vol 16. 2007
Discharge Planning Assosiation. Discharge Planning. http: www. dischargeplanning. Org. au/index.htm. 2008
Doengoes EM, Moorhouse MF, & Murr AC. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing and Documenting Client Care. Edition 2. FA Davis Company. Philladelphia. 2007
Kozier, B. Fundamental Of Nursing Concept Process and Practice. 1st Volume 6 th Edition. New Jersey. Pearson/Prentice Hall. 2004
Nursalam. Keperawatan Manajemen Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. 2012
Phillips CO, Wright SM, Kern D, Singa RM, Sheppert S& Rubin HR. Comprehensive Discharge Planning With Post Discharge Support for Older Patient Congestive Heart failure: Meta- Analysis. NHS. National Institute For Health Research. 2004
Perry AG & Potter PA. Clinical Nursing Skill & Technique. 6th edition. Missouri: Mosby Inc. 2006
Rosyidi, Kholid.(2013). Manajemen Kepemimpinan dalam Keperawatan. Jakarta:CV. TRANS INFO MEDIA.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PENDAHULUAN POA

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS SWOT