STROKE
HEMORAGIK
LAPORAN
PENDAHULUAN
Laporan
pendahuluan mengenai stroke hemoragik di RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya
Pembimbing:
Aneng Yuningsih, S.Kep.,Ners.,M.Kep
Oleh
Yuli
Yuliani
Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Program Profesi Ners Angkatan XIII
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
A.
Definisi
Stroke
Stroke
hemoragik adalah stroke karena
pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah
merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya (Pudiastuti, 2011).
Stroke
hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragik antara lain
hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Muttaqin, 2008).
Stroke
hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran
darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian
merusaknya (M. Adib, 2009).
Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan pengertian Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh
darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam
suatu daerah otak dan merusaknya
dan Penyebab stroke hemoragik antara lain
hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat dan kesadaran
pasien umumnya menurun.
B. Klasifikasii
Stroke Hemoragik
Gambar: perdarahan Intracerebral hemoragik.dan Subarachnoid hemoragik.
Stroke hemoragik dikelompokkan
menurut lokasi pembuluh darah :
1.
Intracerebral hemoragik.
Perdarahan
Intraserebral adalah pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak. Perdarahan
Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah
dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak
disebabkan oleh hipertensi.
Pecahnya
pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkann darah masuk
kedalam jaringan otak, membentuk massa atau hematoma yang menekan jaringan otak
yang menimbulkan oedem disekitar otak. Peninggkatan TIK yang terjadi dengan
cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Pendarahan intra cerebral sering dijumpai sidaerah putamen, talamusdan
cerebelu. Hpertensi kronis mengakibatkan perubahan strukktur dinding pembuluh
darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2.
Subarachnoid hemoragik.
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu
keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak), dapat disebabkan
karena adanya suatu trauma kepala, aneurisma atau terjadi malformasi pada arteriovena
(AVM).
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma AVM. Aneurisma paling sering
didapat pada perrcabangan pembuluh darah besar disirkulasi willisi. AVM ddapat
dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia metter dan ventrikel otak dan ruang
subarachnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarachnoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur
peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat sering juga dijumpai kaku kuduk.
Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada
retina dan penurunan kesadaran.
C.
Gejala Stroke Hemoragik
Gejala
stroke hemoragik biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan
sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau
perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala
stroke hemoragik
meliputi (M. Adib, 2009). :
1.
Perubahan tingkat kesadaran
2.
Kesulitan berbicara atau memahami
orang lain.
3.
Kesulitan menelan.
4.
Sakit kepala yang terjadi ketika
berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara
tiba-tiba saat melakukan aktivitas.
5.
Perubahan gerakan, biasanya pada
satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh
- sesak
nafas (Dyspneau)
7.
Kelemahan pada salah satu bagian
tubuh.
D. Faktor Resiko Stroke Hemoragik
Faktor-
faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya stroke hemoragik menurut muttaqin (2008) sebagai berikut
:
1.
Umur
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum
usia 65; 70% terjadi pada mereka yang 65 ke atas.
Risiko stroke adalah dua kali ganda
untuk setiap 10 tahun di atas 55 tahun.
2.
Hipertensi
Hipertensi lama akan
menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang memperlemah dinding
pembuluh darah yang kemudian menyebabkan ruptur intima dan menimbulkan
aneurisma. Hipertensi kronik dapat juga menimbulkan aneurisma-aneurisma kecil
(diameternya 1 mm) yang tersebar di sepanjang pembuluh darah, aneurisma ini
dikenal sebagai aneurisma Charcot
Bouchard. Risiko
stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi. Hal ini berlaku untuk
kedua jenis kelamin, semua umur, dan untuk resiko perdarahan.
3.
Diabetes
militus
Setelah
faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan, diabetes meningkatkan risiko
stroke tromboemboli sekitar dua kali lipat hingga tiga kali lipat berbanding
orang-orang tanpa diabetes. Diabetes dapat mempengaruhi
individu untuk mendapat iskemia serebral melalui
percepatan aterosklerosis pembuluh darah yang
besar, seperti arteri koronari, arteri karotid atau dengan, efek lokal pada
mikrosirkulasi serebral.
4.
Penyalahgunaan Obat
Obat yang telah berhubungan dengan stroke termasuk methamphetamines, norepinefrin, heroin,
dan kokain. Amfetamin menyebabkan sebuah vaskulitis nekrosis yang dapat mengakibatkan pendarahan
petechial menyebar, atau fokus bidang iskemia dan
infark. Heroin dapat timbulkan sebuah hipersensitivitas vaskular menyebabkan alergi .
Perdarahan subarachnoid dan difarction otak
telah dilaporkan setelah penggunaan kokain.
E.
Fatofisiologi
Faktor pencetus/etiologi
Penimbunan lemak/kolesterol
lemak yang sudah nekrotik
Yang meningkat dalam darah dan berdegenerasi
dengan infiltrasi limfosit
(trombus)
Pembuluh darah menjadi kaku
dan pecah (oklusi vaskuler)
Strok hemoragik Kompresi jaringan otak
Arteri
vertebra basilaris Arteri cerebri media
Kerusakan
neuro cerebrospinal Disfungsi N.XI (assesoris)
control
otot facial/oral Kelemahan pada satu/keempat
menjadi lemah anggota gerak
, Ketidakmampuan bicara Hemiparase/piege
kanan&kiri
Kerusakan
artikular, tidak
tidak
dpt berbicara (disartria)
Kerusakan
komunikasi verbal
F. Data Fokus Pengkajian
1 Pengkajian
Pengkajian
merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien,
agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
b. Identitas
klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan
terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, nomor register, diagnose medis.
c. Keluhan
utama
Biasanya didapatkan kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
d. Riwayat
penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik
seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan
aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan sampai tidak
sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang
lain.
e. Riwayat
penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi
ataupun diabetes militus.
f. Riwayat
penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga
yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
2. Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan umum
§
Kesadaran : umumnya mengalami penurunan
kesadaran
§
Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu
sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara
§
Tanda-tanda vital : serangan stroke hemoragik
biasanya tekanan darah meningkat,
denyut nadi
bervariasi, suhu bervariasi dan respirasi cepat.
b. Pemeriksaan
fisik
1)
Pemeriksaan integument
§ Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan
tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu
perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah
yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3
minggu
§ Kuku : perlu dilihat adanya cyanosis
§ Rambut : umumnya tidak ada kelainan
2) Pemeriksaan
kepala dan leher
§ Kepala : bentuk normocephalik
§ Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong
ke salah satu sisi
§ Leher : kaku kuduk jarang terjadi
3)
Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan
suara nafas terdengar ronchi (+), wheezing (+) ataupun suara nafas tambahan
lainnya, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
4)
Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik
usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
5)
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia
atau retensio urine
6)
Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada
salah satu sisi tubuh.
7)
Pemeriksaan neurologi
§ Pemeriksaan
nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus
cranialis VII dan XII central.
§ Pemeriksaan
motorik
Hampir selalu terjadi
kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
3. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan
radiologi
1)
CT scan :
didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
2)
MRI :
untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
3)
Angiografi serebral :
untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskuler.
4)
Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan
jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang
merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
b. Pemeriksaan
laboratorium
1)
Pungsi lumbal :
pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan
perdarahan yang kecil biasanya warna
likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2)
Pemeriksaan darah rutin
3)
Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat
terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam
serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
4)
Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada
darah itu sendiri.
G. Analisa Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
DS:
-
Keluarga klien mengatakan tiba-tiba anggota
gerak klien sebelah tidak dapat digerakan dan tidak sadar
DO:
-
Tingkat kesadaran biasanya sopor
|
Faktor pencetus/etiologi
lemak yang sudah nekrotik
menjadi kapur/mengandung
kolesterol
Yang meningkat dalam
darah dan berdegenerasi
dengan infiltrasi
limfosit (trombus)
Stroke hemoragik
Proses metabolism
dalam otak terganggu
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral
|
Resiko
ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
|
2.
|
DS: -
DO:
-
Klien terlihat sesak nafas (Dyspneau)
-
Terdengar suara nafas tambahan whezing (+) dan
ronchi (+)
|
Faktor pencetus/etiologi
lemak yang sudah nekrotik
menjadi kapur/mengandung
kolesterol
Yang meningkat dalam
darah dan berdegenerasi
dengan infiltrasi
limfosit (trombus)
Pembuluh darah menjadi
kaku dan pecah (oklusi vaskuler)
Kompresi jaringan
otak
Penekanan saluran
pernafasan
Penurunan kesadaran
Ketidakefektifan pola nafas
|
Ketidakefektifan
pola nafas
|
3.
|
DS :
Keluarga klien mengatakan
anggota gerak sebelah tidak dapat
digerakkan
DO :
-
Ekstremitas atas dan bawah lemah
-
Bed rest total
-
melakukan aktifitas di tempat tidur
-
Kebutuhan segala sesuatunya dilakukan oleh
perawat serta keluarga
-
Penurunan
kekuatan otot
|
Proses metabolism
dalam otak terganggu
Arteri serebri
media
Pe
fungsi motorik dan muskuloskeletal
Kelemahan pada satu/keempat anggota gerak
Gangguan mobilitas fisik
|
Gangguan mobilitas fisik
|
4.
|
DS:
Keluarga klien
mengatakan ada luka di bagian punggung
klien
DO:
-
Terdapat luka dibagian punggung akbat bed rest
(luka dekubitus)
-
Mobilisasi minimal
|
Kelemahan pada
satu/keempat anggota gerak
Hemiparase/piege
kanan&kiri
Resiko kerusakan
integritas kulit
|
Resiko kerusakan integritas kulit
|
H. Diagnosa Keperawatan
- Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak
terhambat ditandai dengan Keluarga klien mengatakan tiba-tiba anggota
gerak klien sebelah tidak dapat digerakan dan tingkat kesadaran biasanya sopor.
- Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan penurunan kesadaran ditandai dengan Klien
terlihat sesak nafas (Dyspneau), terdengar suara nafas tambahan whezing
(+) dan ronchi (+).
- Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler ditandai dengan Keluarga
klien mengatakan anggota gerak sebelah tidak dapat digerakkan, ekstremitas
atas dan bawah lemah, bed rest
total, melakukan aktifitas di
tempat tidur, kebutuhan segala
sesuatunya dilakukan oleh perawat serta keluarga dan penurunan kekuatan otot.
- Resiko kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan mobilisasi fisik ditandai dengan
Terdapat luka dibagian punggung akibat bed rest dan mobilisasi minimal.
I.
Perencanaan
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan (NOC)
|
Intervensi (NIC)
|
Rasional
|
1.
|
Resiko ketidakefektifan
perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat
ditandai dengan Keluarga klien mengatakan tiba-tiba anggota gerak klien
sebelah tidak dapat digerakan dan tingkat kesadaran biasanya sopor.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam,
diharapkan suplai aliran darah keotak lancar dengan NOC :
Circulation status
Tissue Prefusion :
cerebral
Kriteria Hasil :
1.
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai
dengan :.
a.
Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intakrania
(tidak lebih dari 15 mmHg).
2.
Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh:
tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter.
|
NIC :
Intrakranial
Pressure (ICP) Monitoring Monitor tekanan intracranial
1. Kaji
TTV
2.
Berikan informasi kepada keluarga.
3.
Catat respon pasien
4.
Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon
neurology terhadap aktivitas
5.
Monitor intake dan output cairan
6.
Monitor suhu
7.
Kolaborasi pemberian antibiotic
8.
Posisikan pasien pada posisi semifowler atau sesuai
dengan kondisi pasien
9.
Miimalkan stimuli dari lingkungan
Terapi oksigen
1.
Bersihkan jalan nafas dari secret
2.
Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3.
Berikan oksigen sesuai intruksi
4.
Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem
humidifier
5.
Beri penjelasan kepada klien atau keluuarga tentang
pentingnya pemberian oksigen
6.
Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen.
7.
Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama
aktifitas dan tidur.
|
Monitoring tekanan intracranial
1. Untuk
mengetahui keadaan umum klien.
2.
Agar keluarga paham tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
3.
Untuk mengetahui respon pasien
4.
Untuk mengetahui apakah respon neuro pasien masih
baik/tidak
5.
Untuk mengetahui balance cairan pasien
6.
Untuk mengetahui terjadinya resiko infeksi
7. Agar
dapat meminimalisir terjadinya infeksi
8. Untuk
memberikan rasa nyaman pada pasien
9. Agar
pasien tenang dan istirahat
Terapi oksigen
1.
Mempertahankan jalan nafas yang adekuat
2.
Untuk memberi kelancaran terhadap sirkulasi pasien
3.
Agar tidak terjadi hipoksia maupun kelebihan oksigen
dalam tubuh pasien
4.
Agar kebutuhan oksigen dalam tubuh seimbang.
5.
Agar pasien paham tentang tindakan yang dilakukan
6.
Untuk mengetahui apakah pasien nyaman/tidak terhadap
pemberian oksigen
7.
Untuk memberikan sirkulasi yang baik terhadap perfusi
serebral pasien
|
2.
|
Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan dengan penurunan kesadaran ditandai dengan Klien terlihat
sesak nafas (Dyspneau), terdengar suara nafas tambahan whezing (+) dan ronchi
(+).
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan pola nafas pasien efektif dengan NOC:
Respiratory status
: Ventilation
Respiratory status
: Airway patency
Vital sign Status
Kriteria hasil :
1.
Menujukkan jalan nafas paten (tidak merasa tercekik,
irama nafas normal, frekuensi nafas normal,tidak ada suara nafas tambahan)
2.
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah.
3.
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal)
4.
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
|
NIC :
Airway Management
1. Kaji
TTV
2.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi atau
sesuai dengan kondisi klien
3.
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
4.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5.
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6.
Berikan bronkodilator bila perlu
7.
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
8.
Monitor respirasi dan status O2
Oxygen Therapy
1.
Bersihkan mulut dan hidung
2.
Pertahankan jalan nafas yang paten
3.
Atur peralatan oksigenasi
4.
Monitor aliran oksigen
5.
Pertahankan posisi pasien
6.
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
|
Airway Management
1. Untuk
mengetahui keadaan umuum klien
2.
Untuk memberikan ventilasi yang maksimal kepada
pasien
3.
Mengidentifikasi perlu dilakukan untuk menentukan
tindakan yang tepat bagi pasien
4.
Untuk membersihkan jalan nafas
5.
Untuk mengetahui adanya gangguan dalam ventilasi
6.
Apabila pasien mendapat indikasi menggunakan
bronkodilator
7.
Untuk balance cairan pasien
8.
Agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan oksigen
pada pasien
Oxyge therapy
1.
Agar jalan nafas bersih (adekuat)
2.
Agar sirkulasi pasien baik
3.
Untuk pemasangan oksigen dengan tepat
4.
Agar oksigen dapat mengalir dengan baik
5.
Untuk kenyaman pasien
6.
Untuk mengetahui adanya hipoventilasi
|
3.
|
Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler ditandai dengan Keluarga
klien mengatakan anggota gerak sebelah tidak dapat digerakkan,
ekstremitas atas dan bawah lemah, bed
rest total, melakukan aktifitas di
tempat tidur, kebutuhan segala
sesuatunya dilakukan oleh perawat serta keluarga dan penurunan kekuatan otot.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan klien dapat melakukan pergerakan fisik dengan NOC :
Joint Movement :
Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer
performance
Kriteria Hasil :
1.
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2.
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
|
NIC :
Exercise therapy
1.
Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan
lihat respon pasien saat latihan
2.
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3.
Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan klien.
4.
Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika diperlukan
|
1.
Untuk mengetahui tingkat kelelahan pasien
2.
Mengetahui tingkat kelelahan pasien
3.
Untuk mengawasi pasien terhadap resiko jatuh
4.
Untuk mencegah terjadinya dekubitus
|
4.
|
Resiko kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan mobilisasi fisik ditandai dengan Terdapat
luka dibagian punggung akibat bed rest
dan mobilisasi minimal.
|
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam,
diharapkan pasien mampu mengetahui dan
mengontrol resiko dengan :
NOC : Tissue
Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
1.
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
2.
Tidak ada luka/lesi pada kulit
3.
Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit
dan mencegah terjadinya cedera berulang
4.
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
kulit.
|
NIC : Pressure
Management
1.
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
longgar
2.
Hindari kerutan pada tempat tidur
3.
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4.
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
sekali
5.
Monitor kulit akan adanya kemerahan
6.
Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
tertekan
7.
Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
8.
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
|
1.
Agar tidak terjadi tekanan kulit terhadap pakaian
2.
Agar tidak terjadi tekanan dari Tempat Tidur ke kulit pasien
3.
Menjaga kulit agar tetap sehat
4.
Agar tidak terjadi decubitus
5.
Agar dapat melakukan tindakan dengan segera
6.
Agar kulit pasien licin dan relaks
7.
Untuk mengetahui apabila tidak terjadi mobilisasi
pasien bisa beresiko decubitus
8.
Agar kulit pasien tetap sehat dan lembab kering
|
DAFTAR PUSTAKA
Pudiastuti, R.D. (2011). Buku Ajar Komunitas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Muttaqin,
Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarapan.
Jakarata: Salemba Media
Adib, M.
(2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke.
Yogyakarta: Dianloka
Komentar
Posting Komentar