STROKE HEMORAGIK


                                                 LAPORAN PENDAHULUAN     
Laporan pendahuluan mengenai stroke hemoragik di RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya
Pembimbing: Aneng Yuningsih, S.Kep.,Ners.,M.Kep




 














Oleh
Yuli Yuliani




Departemen Keperawatan Medikal Bedah
Program Profesi Ners Angkatan XIII
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

A.    Definisi Stroke
Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya (Pudiastuti, 2011).
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragik antara lain hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Berdasarkan pengertian di atas peneliti menyimpulkan pengertian Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah otak dan merusaknya dan Penyebab stroke hemoragik antara lain hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat dan kesadaran pasien umumnya menurun.

B.     Klasifikasii Stroke Hemoragik
               
Gambar: perdarahan Intracerebral hemoragik.dan Subarachnoid hemoragik.
Stroke hemoragik dikelompokkan menurut lokasi pembuluh darah :
1.      Intracerebral hemoragik.
Perdarahan Intraserebral adalah pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak. Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi.
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkann darah masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa atau hematoma yang menekan jaringan otak yang menimbulkan oedem disekitar otak. Peninggkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Pendarahan intra cerebral sering dijumpai sidaerah putamen, talamusdan cerebelu. Hpertensi kronis mengakibatkan perubahan strukktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2.      Subarachnoid hemoragik.
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang subarakhnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak), dapat disebabkan karena adanya suatu trauma kepala, aneurisma atau terjadi malformasi pada arteriovena (AVM).
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma AVM. Aneurisma paling sering didapat pada perrcabangan pembuluh darah besar disirkulasi willisi. AVM ddapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia metter dan ventrikel otak dan ruang subarachnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarachnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat sering juga dijumpai kaku kuduk. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran.

C.    Gejala Stroke Hemoragik
Gejala stroke hemoragik  biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik meliputi (M. Adib, 2009). :
1.      Perubahan tingkat kesadaran
2.      Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3.      Kesulitan menelan.
4.      Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba saat melakukan aktivitas.
5.      Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan salah satu bagian tubuh
  1. sesak nafas  (Dyspneau)
7.      Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

D.    Faktor Resiko Stroke Hemoragik
Faktor- faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya stroke hemoragik menurut muttaqin (2008) sebagai berikut :
1.      Umur
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70% terjadi pada mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah dua kali ganda untuk setiap 10 tahun di atas 55 tahun.
2.      Hipertensi
Hipertensi lama akan menimbulkan lipohialinosis dan nekrosis fibrinoid yang memperlemah dinding pembuluh darah yang kemudian menyebabkan ruptur intima dan menimbulkan aneurisma. Hipertensi kronik dapat juga menimbulkan aneurisma-aneurisma kecil (diameternya 1 mm) yang tersebar di sepanjang pembuluh darah, aneurisma ini dikenal sebagai aneurisma Charcot Bouchard. Risiko stroke berkaitan dengan tingkat sistolik hipertensi. Hal ini berlaku untuk kedua jenis kelamin, semua umur, dan untuk resiko perdarahan.
3.      Diabetes militus
Setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan, diabetes meningkatkan risiko stroke tromboemboli sekitar dua kali lipat hingga tiga kali lipat berbanding orang-orang tanpa diabetes. Diabetes dapat mempengaruhi individu untuk mendapat iskemia serebral melalui percepatan aterosklerosis pembuluh darah yang besar, seperti arteri koronari, arteri karotid atau dengan, efek lokal pada mikrosirkulasi serebral.
4.      Penyalahgunaan Obat
Obat yang telah berhubungan dengan stroke termasuk methamphetamines, norepinefrin, heroin, dan kokain. Amfetamin menyebabkan sebuah vaskulitis nekrosis yang dapat mengakibatkan pendarahan petechial menyebar, atau fokus bidang iskemia dan infark. Heroin dapat timbulkan sebuah hipersensitivitas vaskular menyebabkan alergi . Perdarahan subarachnoid dan difarction otak telah dilaporkan setelah penggunaan kokain.

E.     Fatofisiologi
Faktor pencetus/etiologi
 

Penimbunan lemak/kolesterol
 

lemak yang sudah nekrotik
menjadi kapur/mengandung kolesterol

 Yang meningkat dalam darah dan berdegenerasi                          
dengan infiltrasi limfosit (trombus)
 

Pembuluh darah menjadi kaku
  dan pecah (oklusi vaskuler)
 

                                                                                                                
                                                                  Strok hemoragik                                 Kompresi jaringan otak               
    
                                         Proses metabolism dalam otak terganggu                                    Herniasi           penekanan saluran pernafasan
    
                                                                                                                                         Peningkatan TIK     penurunan kesadaran
    
                                                     Suplai darah & O2 ke otak terganggu                       Resiko ketidakefektifan             ketidakefektifan pola nafas
            Perfusi jaringan serebral                           
                                                                
                                                                       
                                                    
                                                                                                                            
                                                     Arteri vertebra basilaris                      Arteri cerebri media               
                                                                            
    
                                         Kerusakan neuro cerebrospinal                     Disfungsi N.XI (assesoris)
N.VII (facialis), N.IX (glossofringeal)                   Pe    fungsi motorik dan muskuloskeletal
 


                                         control otot facial/oral                             Kelemahan pada satu/keempat     
                                         menjadi lemah                                              anggota gerak
  
                                                                                                                                                                                  
                 ,                       Ketidakmampuan bicara                                 Hemiparase/piege kanan&kiri                                                
 


                                         Kerusakan artikular, tidak
                                         tidak dpt berbicara (disartria)
                                        

                                         Kerusakan komunikasi verbal                                                
 

                                         Hambatan mobilitas fisik                                          Tirah baring lama
                                                                                                                                    
Kerusakan integritas kulit                                                    luka dekubitus
                                                    

F.     Data Fokus Pengkajian
1      Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan.
b.      Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, nomor register, diagnose medis.
c.       Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
d.      Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
e.       Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi ataupun diabetes militus.
f.       Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.

2.      Pemeriksaan Fisik
a.        Keadaan umum
§  Kesadaran : umumnya mengalami penurunan kesadaran
§  Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara
§  Tanda-tanda vital : serangan stroke hemoragik biasanya tekanan darah meningkat,
denyut nadi bervariasi, suhu bervariasi dan respirasi cepat.
b.       Pemeriksaan fisik
1)      Pemeriksaan integument
§  Kulit         : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika
  kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu    
  perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah   
  yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3  
  minggu
§  Kuku        : perlu dilihat adanya cyanosis
§  Rambut     : umumnya tidak ada kelainan
2)      Pemeriksaan kepala dan leher
§  Kepala       : bentuk normocephalik
§  Muka         : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
§  Leher         : kaku kuduk jarang terjadi
3)      Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi (+), wheezing (+) ataupun suara nafas tambahan lainnya, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.
4)      Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
5)      Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
6)      Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
7)      Pemeriksaan neurologi
§  Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
§  Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

3.      Pemeriksaan diagnostic
a.       Pemeriksaan radiologi
1)      CT scan                       : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
  ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
2)      MRI                             : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
3)      Angiografi serebral      : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
  malformasi vaskuler.
4)      Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat
pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
b.      Pemeriksaan laboratorium
1)      Pungsi lumbal              : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil   biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2)      Pemeriksaan darah rutin
3)      Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
4)      Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

G.    Analisa Data
No
   Data
Etiologi
Masalah
1.
DS:
-  Keluarga klien mengatakan tiba-tiba anggota gerak klien sebelah tidak dapat digerakan dan tidak sadar
DO:
-   Tingkat kesadaran biasanya sopor


Faktor pencetus/etiologi
 

Penimbunan lemak/kolesterol

lemak yang sudah nekrotik
menjadi kapur/mengandung kolesterol
 

Yang meningkat dalam darah dan berdegenerasi
dengan infiltrasi limfosit (trombus)
 

Pembuluh darah menjadi kaku dan pecah (oklusi vaskuler)

Stroke hemoragik
 

Proses metabolism dalam otak terganggu
 

Suplai darah & O2 ke otak terganggu
 

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
2.
DS: -
DO:
-   Klien terlihat sesak nafas  (Dyspneau)
-   Terdengar suara nafas tambahan whezing (+) dan ronchi (+)

Faktor pencetus/etiologi
 

Penimbunan lemak/kolesterol

lemak yang sudah nekrotik
menjadi kapur/mengandung kolesterol
 

Yang meningkat dalam darah dan berdegenerasi
dengan infiltrasi limfosit (trombus)
 

Pembuluh darah menjadi kaku dan pecah (oklusi vaskuler)
 

Kompresi jaringan otak
 

 Herniasi

Penekanan saluran pernafasan
 

Penurunan kesadaran
 

Ketidakefektifan pola nafas

Ketidakefektifan pola nafas
3.
DS :
Keluarga  klien mengatakan anggota gerak  sebelah tidak dapat digerakkan
DO :
-   Ekstremitas atas dan bawah lemah
-   Bed rest total
-   melakukan aktifitas di tempat tidur
-   Kebutuhan segala sesuatunya dilakukan oleh perawat serta keluarga
-   Penurunan kekuatan otot
Stroke hemoragik
 

Proses metabolism dalam otak terganggu
 

Suplai darah & O2 ke otak terganggu

Arteri serebri media
 

            Disfungsi N.XI (assesoris)
Pe    fungsi motorik dan muskuloskeletal
 

Kelemahan pada satu/keempat anggota gerak
 

Gangguan mobilitas fisik 

Gangguan mobilitas fisik 
4.
DS:
Keluarga klien mengatakan ada luka di bagian punggung  klien
DO:
-  Terdapat luka dibagian punggung akbat bed rest (luka dekubitus)
-  Mobilisasi minimal
Suplai darah & O2 ke otak terganggu

Arteri cerebri media

Disfungsi N.XI (assesoris)        Pe    fungsi motorik dan muskuloskeletal
 

Kelemahan pada satu/keempat anggota gerak
 

Hemiparase/piege kanan&kiri
 

Tirah baring lama

Resiko kerusakan integritas kulit
Resiko kerusakan integritas kulit


H.    Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat ditandai dengan Keluarga klien mengatakan tiba-tiba anggota gerak klien sebelah tidak dapat digerakan dan tingkat kesadaran biasanya sopor.
  2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kesadaran ditandai dengan Klien terlihat sesak nafas (Dyspneau), terdengar suara nafas tambahan whezing (+) dan ronchi (+).
  3. Gangguan mobilitas fisik  berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler ditandai dengan Keluarga  klien mengatakan anggota gerak sebelah tidak dapat digerakkan, ekstremitas atas dan bawah lemah, bed rest total, melakukan aktifitas di tempat tidur, kebutuhan segala sesuatunya dilakukan oleh perawat serta keluarga dan penurunan kekuatan otot.
  4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan mobilisasi fisik ditandai dengan Terdapat luka dibagian punggung akibat bed rest dan mobilisasi minimal.

I.       Perencanaan
No.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC)
Intervensi (NIC)
Rasional
1.
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat ditandai dengan Keluarga klien mengatakan tiba-tiba anggota gerak klien sebelah tidak dapat digerakan dan tingkat kesadaran biasanya sopor.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan suplai aliran darah keotak lancar dengan NOC :
Circulation status
Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
1.      Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :.
a.       Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intakrania (tidak lebih dari 15 mmHg).
2.      Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh: tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan gerakan involunter.
NIC :
Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring Monitor tekanan intracranial
1.      Kaji TTV

2.      Berikan informasi kepada keluarga.
3.      Catat respon pasien
4.      Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurology terhadap aktivitas
5.      Monitor intake dan output cairan
6.      Monitor suhu

7.      Kolaborasi pemberian antibiotic
8.      Posisikan pasien pada posisi semifowler atau sesuai dengan kondisi pasien
9.      Miimalkan stimuli dari lingkungan

Terapi oksigen
1.      Bersihkan jalan nafas dari secret
2.      Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3.      Berikan oksigen sesuai intruksi
4.      Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier
5.      Beri penjelasan kepada klien atau keluuarga tentang pentingnya pemberian oksigen
6.      Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen.

7.      Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur.


Monitoring tekanan intracranial

1.   Untuk mengetahui keadaan umum klien.
2.   Agar keluarga paham tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
3.   Untuk mengetahui respon pasien
4.   Untuk mengetahui apakah respon neuro pasien masih baik/tidak

5.   Untuk mengetahui balance cairan pasien

6.   Untuk mengetahui terjadinya resiko infeksi
7.  Agar dapat meminimalisir terjadinya infeksi
8.  Untuk memberikan rasa nyaman pada pasien

9.  Agar pasien tenang dan istirahat


Terapi oksigen
1.   Mempertahankan jalan nafas yang adekuat
2.   Untuk memberi kelancaran terhadap sirkulasi pasien
3.   Agar tidak terjadi hipoksia maupun kelebihan oksigen dalam tubuh pasien
4.   Agar kebutuhan oksigen dalam tubuh seimbang.
5.   Agar pasien paham tentang tindakan yang dilakukan


6.   Untuk mengetahui apakah pasien nyaman/tidak terhadap pemberian oksigen
7.   Untuk memberikan sirkulasi yang baik terhadap perfusi serebral pasien
2.
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kesadaran ditandai dengan Klien terlihat sesak nafas (Dyspneau), terdengar suara nafas tambahan whezing (+) dan ronchi (+).

Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pola nafas pasien efektif dengan NOC:
Respiratory status : Ventilation
Respiratory status : Airway patency
Vital sign Status

Kriteria hasil :
1.      Menujukkan jalan nafas paten (tidak merasa tercekik, irama nafas normal, frekuensi nafas normal,tidak ada suara nafas tambahan)
2.      Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah.
3.      Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
4.      Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
NIC :
Airway Management
1.      Kaji TTV

2.      Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi atau sesuai dengan kondisi klien
3.      Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4.      Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5.      Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6.      Berikan bronkodilator bila perlu
7.      Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
8.      Monitor respirasi dan status O2
Oxygen Therapy
1.      Bersihkan mulut dan hidung
2.      Pertahankan jalan nafas yang paten
3.      Atur peralatan oksigenasi

4.      Monitor aliran oksigen

5.      Pertahankan posisi pasien
6.      Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

Airway Management
1.   Untuk mengetahui keadaan umuum klien
2.      Untuk memberikan ventilasi yang maksimal kepada pasien

3.      Mengidentifikasi perlu dilakukan untuk menentukan tindakan yang tepat bagi pasien
4.      Untuk membersihkan jalan nafas

5.      Untuk mengetahui adanya gangguan dalam ventilasi
6.      Apabila pasien mendapat indikasi menggunakan bronkodilator
7.      Untuk balance cairan pasien


8.      Agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan oksigen pada pasien
Oxyge therapy
1.      Agar jalan nafas bersih (adekuat)
2.      Agar sirkulasi pasien baik

3.      Untuk pemasangan oksigen dengan tepat
4.      Agar oksigen dapat mengalir dengan baik
5.      Untuk kenyaman pasien
6.      Untuk mengetahui adanya hipoventilasi
3.
Gangguan mobilitas fisik  berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler ditandai dengan Keluarga  klien mengatakan anggota gerak sebelah tidak dapat digerakkan, ekstremitas atas dan bawah lemah, bed rest total, melakukan aktifitas di tempat tidur, kebutuhan segala sesuatunya dilakukan oleh perawat serta keluarga dan penurunan kekuatan otot.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan klien dapat melakukan pergerakan fisik dengan NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer performance

Kriteria Hasil :
1.      Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2.      Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas

NIC :
Exercise therapy
1.      Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2.      Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3.      Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan klien.
4.      Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan


1.      Untuk mengetahui tingkat kelelahan pasien


2.      Mengetahui tingkat kelelahan pasien

3.      Untuk mengawasi pasien terhadap resiko jatuh

4.      Untuk mencegah terjadinya dekubitus
4.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan mobilisasi fisik ditandai dengan Terdapat luka dibagian punggung akibat bed rest dan mobilisasi minimal.
Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien mampu mengetahui dan  mengontrol resiko dengan :
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
1.      Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
2.      Tidak ada luka/lesi pada kulit
3.      Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
4.      Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit.
NIC : Pressure Management
1.      Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2.      Hindari kerutan pada tempat tidur
3.      Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4.      Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5.      Monitor kulit akan adanya kemerahan
6.      Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
7.      Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

8.      Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

1.      Agar tidak terjadi tekanan kulit terhadap pakaian

2.      Agar tidak terjadi tekanan dari Tempat  Tidur ke kulit pasien
3.      Menjaga kulit agar tetap sehat

4.      Agar tidak terjadi decubitus

5.      Agar dapat melakukan tindakan dengan segera
6.      Agar kulit pasien licin dan relaks


7.      Untuk mengetahui apabila tidak terjadi mobilisasi pasien bisa beresiko decubitus
8.      Agar kulit pasien tetap sehat dan lembab kering

DAFTAR PUSTAKA

Pudiastuti, R.D. (2011). Buku Ajar Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarapan. Jakarata: Salemba Media
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke. Yogyakarta: Dianloka



Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PENDAHULUAN POA

LAPORAN PENDAHULUAN DISCHARGE PLANNING

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS SWOT