LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP KEPEMIMPINAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEPEMIMPINAN

                                                                                   
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan
Stase Manajemen Keperawatan
















Oleh
Yuli Yuliani
4012180037




Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Bina Putera Banjar
2018




KONSEP KEPEMIMPINAN

A.      Definisi
Menurut Sulvian dan Decker (1989) bahwa kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain dan untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.
Claus dan Bailey dalam Lancaster (1982) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu kelompok kegiatan yang mempengaruhi anggota kelompok, bergerak menuju pencapaian tujuan yang ditentukan.
Kepemimpinan adalah suatu proses aktivitas untuk mempengaruhi dan mengorganisir orang lain atau kelompok dalam upaya kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan prestasi (Swansburg, R. C., 1998)
Berdasarkan ketiga pandangan ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan suatu organisasi.

B.       Teori Kepemimpinan
Dalam mengembangkan model kepemimpinan terdapat beberapa teori yang mendasari terbentuknya gaya kepemimpinan. Menurut Whitaker (1996), ada empat macam pendekatan kepemimpinan yaitu:
1.     Teori  Bakat
Teori bakat terdiri dari bakat intelegensi dan kepribadian. Kemampuan ini merupakan bawaan sejak lahir yang mempunyai pengaruh besar dalam kepemimpinan. Beberapa hal yang menonjol pada teori bakat adalah kepandaian berbicara, kemampuan/keberanian dalam memutuskan sesuatu, penyesuaian diri, percaya diri, kreatif, kemampuan interpersonal dan prestasi yang dapat menjadi bekal dalam membentuk kepemimpinan sehingga seseorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya.
2.    Teori Perilaku
Teori perilaku kepemimpinan memfokuskan pada perilaku yang dipunyai oleh pemimpin dan yang membedakan dirinya dari non pemimpin. Menurut teori ini seorang pemimpin dapat mempelajari perilaku pemimpin supaya dapat menjadi pemimpin yang efektif. Dengan demikian teori perilaku kepemimpinan lebih sesuai dengan pandangan bahwa pemimpin dapat dipelajari, bukan bawaan sejak lahir.
3.     Teori Situasi (Contingency)
Teori situasi mengasumsikan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang paling baik, tetapi kepemimpinan tergantung pada situasi, bentuk organisasi, kekuasaan atau otoriter dari pemimpin, pekerjaan yang kompleks dan tingkat kematangan bawahan.
4.    Teori Transformasi
Teori transformasi mengasumsikan bahwa pemimpin mampu melakukan kepemimpinannya dalam situasi yang sangat cepat berubah atau situasi yang penuh krisis. Menurut Bass (Dikutip Gibson, 1997) seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang dapat menampilkan kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, stimulasi intelektual dan perasaan bahwa setiap pengikut diperhitungkan.

C.      Gaya Kepemimpinan
Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain:
1.    Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan berfokus pada atasan dan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.
2.    Gaya Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:
1)   Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
2)   Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
3)   Sistem Konsultatif
Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4)   Sistem Partisipatif
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif  ekonomi untuk  memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
3.     Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:
1)   Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
2)   Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3)   Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada  dasarnya sesuai dengan Teori Y.
4)   Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)
4.     Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House
1)   Direktif yaitu pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh bawahannya.
2)   Suportif yaitu pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadapa bawahan.
3)   Parsitipatif yaitu pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
4)   Berorientasi tujuan yaitu pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut seoptimal mungkin.
5.    Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi:
1)   Instruksi
-     Tinggi tugas dan rendah hubungan
-     Komunikasi sejarah
-     Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal
-     Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifik serta mengawasi dengan ketat
2)   Konsultasi
-     Tinggi tugas dan tinggi hubungan
-     Komunikasi dua arah
-     Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar
3)   Parsitipatif
-     Tinggi hubungan rendah tugas
-     Pemimpin dan bawahan bersama-sama memberi gagasan dalam pengambilan keputusan
4)   Delegasi
-     Rendah hubungan dan rendah tugas
-     Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan
6.    Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi, liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
1)   Otoriter
Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-     Wewenang mutlak berada pada pimpinan
-     Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
-     Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
-     Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
-     Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat
-     Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
-     Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
-     Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
-     Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
2)   Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-     Wewenang pimpinan tidak mutlak
-     Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
-     Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
-     Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
-     Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif
-     Tercipta suasana saling percaya saling hormat menghormati, dan saling menghargai
-     Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
3)   Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan. Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
-     Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
-     Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
-     Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
-     Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
-      Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
7.    Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu: Otoriter, Demokratis, Partisipatif, dan Bebas Tindak.

D.                  DPenerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Mengimplementasikan kepemimpinan dalam keperawatan merupakan tanggung jawab perawat, melalui kepemimpinan yang efektif diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan. Untuk itu diperlukan suatu keterampilan kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif divisualisasikan sebagai suatu rantai yang kokoh, dimana satu dengan lainnya saling berhubungan.
Menurut Kron (1981), dalam bukunya "The Management of Patient Care"  memaparkan tentang kegiatan-kegiatan untuk mencapai kepemimpinan yang efektif melalui :
1.    Perencanaan dan pengorganisasian.
Adalah pekerjaan/kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat. Untuk itu diperlukan koordinasi sehingga semua kegiatan dapat dikerjakan dengan baik. Adalah menjadi suatu kewajiban perawat menciptakan suasana yang memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien melalui suatu pengorganisasian yang baik.
2.    Membuat penegasan dan memberi pengarahan (making assigments and giving directions)
Dengan berbagai metode dalam memberi penugasan di rumah sakit maka diperlukan memberi pengarahan secara jelas dan singkat.
3.    Memberi bimbingan (Providing guidence)
Bimbingan adalah suatu alat yang penting dalam keperawatan. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membantu stafnya dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan, sehingga pasien mendapat kepuasan dalam asuhan keperawatan.
4.    Mendorong kerja sama dan partisipasi (Encouraging cooperation and participation)
5. Kerjasama merupakan hubungan yang erat untuk dapat berpartisipasi, misalnya perawat melakukan kesalahan maka berikan informasi dan jelaskan melalui suatu diskusi. Hargai upaya yang telah dilakukan sehingga nanti dapat mengkoreksi kesalahannya. Oleh karena itu proses kepemimpinan keperawatan dalam kerja sama tim (team work) adalah sangat penting sehingga dapat meningkatkan kerja sama antara perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
6.    Mengkoordinasikan kegiatan (Coordinating Activities)
Mengkoordinasikan kegiatan dalam suatu unit/ruangan merupakan kegiatan yang penting dalam kepemimpinan keperawatan. diinformasikan kepada perawat tentang kegiatan yang ada diruangan, dibutuhkan juga laporan tentang pencapaian pekerjaan oleh staf perawat
7.    Observasi/supervisi (Observing or Supervising)
Mengawasi staf perawat dan pekerjaannya merupakan tanggung jawab yang besar dari seorang pemimpin keperawatan. Dibutuhkan kemampuan untuk meneliti asuhan keperawatan yang dibedakan pada pasien dengan aspek individunya. Untuk dibutuhkan juga di dalam pengawasan/ observasi tidak hanya penampilan fisik tetapi kemungkinan emosi dan pengertian dari staf dalam memberi asuhan keperawatan.
8.    Evaluasi Hasil penampilan kerja (evaluating performance results)
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekuatan dan kelemahan staf dalam bekerja sehingga dapat mendorong mereka bekerja dengan baik. Seorang pemimpin juga harus mengevaluasi dirinya sendiri baik sebagai perawat ataupun sebagai peminpin secara jujur.




DAFTAR PUSTAKA

Anwar Kurniadi, S. M. (2013). Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gillies. (1996). Manajemen Keperawatan. FKUI, Jakarta

Heru Supriyatno & Arwani (2006). Manajemen Bangsal Keperawatan, Jakarta, EGC

Marquis, Bessie L. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : EGC

Nursalam. (2012). MANAJEMEN KEPERAWATAN. Jakarta: Salemba Medika.

Swanburg Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jakarta : EGC


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PENDAHULUAN POA

LAPORAN PENDAHULUAN DISCHARGE PLANNING